Kamis, 30 Mei 2024
Ayat-ayat Sesuai Jurusan
Nama : Baik Ziadatul Afni Azkiya
NIM : 2315011007
Prodi : Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Konsentrasi : Busana
- Istilah Busana dalam Al-Qur'an
Dalam Al-Qur'an paling tidak terdapat tiga bentuk istilah yang berhubungan dengan busana, yaitu libas, tsiyab, dan sarabil.
Istilah pertama, libas. Kata libas ditemukan
dalam Alquran, yaitu sebagai berikut:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu, mereka adalah “libas” busana bagimu, dan kamupun adalah “libas” (busana) bagi mereka Q.S Al A'raf 26-27.
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkanmu “libas” (busana) untuk menutup auratmu dan busana indah untuk perhiasan. Dan “libas” (busana) takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (26). Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk menampilkan aurat mereka berdua. Sejujurnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman. (27).
Kata-kata libas yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur'an di atas, tidak semuanya mengandung arti busana sebagai penutup aurat secara hakiki, namun ada juga libas dalam arti busana secara majazi. Kata libas yang berarti busana sebagai penutup aurat dalam arti yang hakiki, kata “libas” (busana) pada ayat itu menurut Al-Qasimi (1978: 40).
Istilah kedua, tsiyab. Kata-kata tsiyab di dalam Al-Qur'an tercantum sebanyak delapan kali, mari kita sebut sebagian :
Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) menyediakan dada untuk menyembunyikan diri dari dia (Muhammad). Ingatlah, ketika mereka menyimpan dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka wujudkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui (segala) isi hati (QS Hud: 5).
Merekalah yang memperoleh Surga 'Adn, yang mengalir di dasar sungai-sungai; (dalam surga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baiknya pahala dan tempat istirahat yang indah (QS Al-Kahfi : 31).
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka berdebat mengenai Tuhan mereka. Maka bagi orang kafir akan dibuatkan pakaian-pakaian dari api (neraka) untuk mereka. Ke atas kepala mereka akan disiramkan udara yang mendidih.(QS Al-Hajj : 19).
Istilah ketiga yaitu sarabil. Dalam Al-Qur'an ada dua ayat yang menggunakan kata sarabil, yaitu:
“Pakaian mereka terbuat dari cairan aspal yang mempercepat pembakaran, dan wajah mereka ditutup oleh kobaran api neraka yang menyala-nyala" (QS Ibrahim: 50).
Dan juga dalam firman Allah:
Dan Allah menjadikan tempat bernaung bagimu dari apa yang telah Dia ciptakan, Dia menjadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya) (QS An-Nahl: 81).
Istilah keempat yaitu jilbab. Istilah jilbab dalam Al-Qur'an mengandung satu ayat yaitu sebagai berikut:
Hai Nabi, mengucapkan kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak di gangguan. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Al-Ahzab: 59).
Istilah kelima yaitu khimar (kerudung). Di dalam Al-Qur'an terdapat satu ayat yang berkaitan dengan khimar (kerudung), sama dengan Jilbab
2. Fungsi Busana
Dari beberapa ayat al-Qur'an yang menjelaskan tentang busana, dapat ditemukan sedikitnya empat fungsi busana bagi manusia. Keempat fungsi busana dua tersebut diantaranya terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 26,
yang artinya: “Hai anak Adam, sebenarnya Kami telah menurunkan busanamu untuk menutup auratmu dan busana indah untuk perhiasan. Dan busana takwa itulah yang paling baik”. Ayat tersebut menjelaskan dua fungsi busana, yaitu sebagai penutup aurat dan sebagai perhiasan, bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa ayat di atas berbicara tentang fungsi busana ketiga, yakni fungsi takwa, dalam arti bahwa busana dapat menghindarkan seseorang agar tidak terjerumus ke dalam bencana dan kesulitan, baiklah bencana duniawi maupun bencana ukhrawi.
Busana, selain berfungsi sebagai penutup aurat dan perhiasan, juga berfungsi sebagai pemeliharaan terhadap bahaya sengatan panas dan dingin. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 81,
yang artinya: Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu busana yang memeliharamu dari panas dan busana (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah memuaskan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).
Senin, 20 Mei 2024
BAB VI MANUSIA MAHLUK BELAJAR
Nama: Baik Ziadatul Afni Azkiya
NIM : 2315011007
6.1 Manusia Mahluk Belajar
Kehadiran di muka bumi memiliki tujuan yang jelas. Ia diciptakan bukan hanya sebagai pelengkap atas makhluq Allah SWT. lainnya yang lebih dahulu hadir. Penciptanya memiliki maksud yang sangat penting. Setidaknya bisa dikatakan, ada tiga misi yang diterima begitu saja/diberikan; yakni misi utama untuk beribadah, misi fungsional sebagai khalifah, dan misi operasional untuk memakmurkan bumi. Selain itu juga ia memiliki kedudukan yang istimewa, yaitu manusia sebagai satu-satunya kecuali makhluq yang ada pada saat dilahirkan telah sadar akan keberadaan Tuhan.
Tugas yang dijalankan manusia memerlukan perangkat yang cukup banyak dan juga harus lengkap, mengingat apa yang akan dilakukan oleh manusia merupakan tugas yang sangat berat. Tugas yang sebelumnya pernah ditolak oleh gunung yang kemudian pada akhirnya manusia bersedia mengemban amanah tersebut. Bekal yang diberikan Allah swt. meliputi; penglihatan, penglihatan dan hati atau akal.
Al-Qur‟an menyatakan bahwa manusia diposisikan sebagai makhluq yang berpikir. Potensi yang dibenamkan sebagai bentuk anugerah bagi manusia ditujukan dengan tujuan agar ia mampu bertahan hidup dan mempertahankan kehidupannya. Upaya dan kerja berpikir itulah yang membuat manusia menjadi lebih baik dan hebat dibandingkan makhluq Allah swt. lainnnya. Hal ini didasari karena persoalan idealitas tersebut yang menjadikan manusia harus selalu berpikir dan menjadikannya sebagai upaya mencapai sesuatu. Keutamaan dan kemuliaan seorang manusia dapat ditentukan pada kualitas dan eksistensi pemikirannya. Karena bila ia tidak lagi memiliki akal-yang menjadi alatnya berpikir-manusia tidak dianggap sebagai pelaku hukum (mukallaf). Hilangnya akal yang dimilikinya menjadikan ia terhalang untuk menjadi pelaksana hukum-hukum syari'at. Pada
QS. Al-Mujadalah [58]: 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١
“Hai orang-orang beriman jika kamu berkata kamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan kamu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Rasa ingin tahu manusia yang sangat tinggi mengantarkan manusia harus berusaha mencari tahu atas hal-hal yang diinginkannya . Rasa ingin tahu hal menjadi yang sangat penting bagi manusia karena hal ini menjadi sesuatu yang dapat membantu manusia mempertahankan kehidupannya. Betapa tidak, hal-hal yang menghadangnya setiap hari mengharuskannya mengerti dan memahami akan manfaat dan madharat (berbahaya) yang akan diperolehnya.
Berdasarkan teori belajar di atas maka terciptalah manusia di bumi dan diangkat menjadi khalifah mengharuskan manusia harus melakukan yang mengharuskan ia menjalankan tugas dan fungsi di bumi. Al-Qur‟an menyatakan manusia diberi tugas –di samping sebagai khalifah- sebagai pemakmur bumi. Memakmurkan bumi membtuhkan banyak pengetahuan, mengingat struktur dan material bumi yang begitu beragam. Tugas memakmurkan yang banyak Pengetahuan ini mengharuskan manusia harus belajar memahami bumi maupun memahami dirinya sendiri. Pendidikan di bumi didasarkan pada kualitas istimewa yang dimiliki dalam diri manusia, yakni ilmu pengetahuan. Inilah yang dianggap oleh Tuhan begitu istimewa jauh mengalahkan aib-aib manusia yang terungkap oleh malaikat di hadapan-Nya.
Proses pembelajaran yang dilakukan Allah swt. dilakukan kepada Adam as. seperti yang tertulis dalam QS. Al-Baqarah [2]:31-32
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
قَالُوۡا سُبۡحٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّكَ اَنۡ تَ الۡعَلِيۡمُ الۡحَكِيۡمُ
“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar. Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau lakukan ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Jika bayi manusia dipelihara oleh binatang, mungkinkah? Penjelasannya ada Ketergantungan yang sangat berat pada kondisi bayi manusia. Ketergantungan itu tidak membatasi oleh siapa dan untuk tujuan apa bayi manusia yang diasuh. Sebuah hayalan yang memanfaatkan sifat ketergantungan dan sekaligus buruknya kondisi kehidupan awal manusia, telah melahirkan cerita Tarzan dan sejenisnya. Cerita bayi yang didominasi binatang primata atau dibesarkan oleh anjing hutan, hanyalah hasil imajinasi para penulis cerita. Tetapi, berdasarkan salah satu hadits populer, mungkin para penulis telah mengambil inspirasi bahwa: “kullu mauluudin yuuladu ala-al-fithrah, faabawaahu yuhawwidaanihi auw yunashshiraanihi auw yumajiisaanihi” (Setiap bayi manusia yang baru lahir berada pada kondisi fithrah --suci, mengikuti ketetapan Allah swt, maka orangtuanyalah yang mengubah mereka menjadi yahudi, nashrani, maupun majusi). Manusia adalah peniru ulung, tak bisa melakukan apapun tanpa bila tanpa melalui peniruan-peniruan. Tarzan dan tokoh cerita sejenisnya, memungkinkan kondisi anak yang 'mewarisi' (hasil peniruan) perilaku hewan pengasuhnya. Berbeda dengan binatang yang dipelihara oleh manusia, misalnya kucing, harimau, anjing, monyet, burung, atau binatang lainnya, yang dipelihara dalam kondisi kehidupan manusia, mereka tetap menjadi binatang dengan ciri-ciri asli kebinatangannya. Sekalipun mereka bisa melakukan banyak hal baru hasil latihan dari upaya manusia, perubahan-perubahan pada binatang tadi tidaklah total. Kucing, tetaplah akan menjadi kucing yang bisa mencuri ikan ketika belati 'meleng'. Anjing yang menemukan --maaf-- kotoran manusia, ia akan tetap seperti anjing normal yang suka dipelihara. Apalagi ada anjing yang membunuh anak nakal. Burung-burung, dalam cerita Angry Birds hanyalah hasil hayal manusia, tetaplah burung yang pada waktu tertentu berperilaku seperti itu burung asli. Burung tiung yang bisa 'menirukan' suara salam, doa, dan kalimat-kalimat thoyyibah lainnya, hanyalah hasil latihan yang lama dari usaha manusia, tidak menjadi jiwaan dari sang burung.
Proses peniruan itulah yang menjadi sarana pembelajaran penting bagi anak manusia. Peran ibu dan orang dewasa lain yang ada di sekitar anak, seperti tersebut dalam hadits yang dibahas di muka, akan menjadi pemberi warna khusus kepada kondisi perilaku dan pikiran manusia-manusia yang baru menjalani kehidupan. Selanjutnya, warna itu akan terus berpengaruh, menjadi kumpulan nilai dan pengalaman bagi kehidupan manusia-manusia baru. Proses pembelajaran awal itu terus berlangsung sejalan dengan proses perilaku yang diajarkan oleh orang dewasa yang mempengaruhinya.
Sebagai bekal yang dipersiapkan untuk menjalani peran sebagai mahluk belajar, Allah swt telah melengkapi kemampuan manusia untuk dapat memahami dan mengelola ingatan tentang nama-nama yang terkait dengan seluruh benda yang ada di lingkungannya. Kemampuan menyimpan memori kosa kata itu, yang pada awal penciptaan manusia, adalah sebagai bukti bahwa Allah swt telah menyediakan kelebihan bagi manusia, yaitu kelebihan kemampuan yang tidak dimiliki oleh malaikat masyarakat maupun iblis. Kelebihan kemampuan itu menjadi modal perilaku dan meniru. Bukti tentang hal itu bisa kita lihat secara nyata di lingkungan manusia masa kini. Betapa perilakunya yang buruk bisa dengan cepat tersiar sebagai bentuk kegiatan tiruan yang menyebar bersama media informasi massa. Kejadian satu seolah-olah akan terjadi dengan kejadian lain yang hampir sama, meskipun terjadi di tempat lain, bahkan di tempat yang sangat jauh lokasinya. Pembelajaran meniru, sebagai sunnatullah yang menjadi ciri-ciri manusia, dapat dimanfaatkan secara positif sebagai modal kekayaan potensi pengembangan diri bagi manusia.
6.2 Konsep Pendidikan yang Islami
pendidikan merupakan kegiatan yang harus memiliki tujuan, sasaran dan sasaran yang jelas. Kedua, Pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah SWT, Dialah Pencipta fitrah, Pemberi bakat, Pembuat berbagai sunnah perkembangan, peningkatan, dan interaksi fitrah sebagaimana Dia pun mensyariatkan aturan guna mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan dan kebahagiaan fitrah tersebut. Ketiga, pendidikan menuntut terwujudnya program yang berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan perkembangan anak. Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.
Kajian pada konsep pendidikan Islam membawa kita pada konsep syariat dan agama karena bagaimanapun agamalah yang harus menjadi akar pendidikan kita. Islam merupakan syari`at Allah bagi manusia yang dengan bekal syariat itu manusia beribadah. Agar manusia mampu memikul dan merealisasikan amanat tersebut, syariat itu memerlukan pengamalan, pengembangan dan pembinaan. Pengembangan dan pelatihan itulah yang dimaksud dengan pendidikan Islam.
Aktivitas pertama Rasulullah SAW pasca hijrah adalah membangun mesjid, karena mesjid adalah tempat yang dapat menghimpun berbagai jenis kaum muslimin. Pada awal penyebaran Islam, masjid memiliki fungsi mulia, yang saat ini telah terlupakan. Pada zaman itu mesjid digunakan sebagai markas besar tentara, pusat pendidikan, pusat gerakan penyebaran akhlaq Islam dll.
Pemanfaatan mesjid dalam bidang edukatif dan sosialakan mendidik manusia untuk mengkaitkan segala persoalan hidup pada ikatan karena Allah dan bersumber pada pendidikan Islam yang universal yaitu penghambaan diri kepada Nya. Namun pada perkembangannya saat ini, fungsi mesjid menjadi sangat sempit dan terbatas hanya sebagai tempat melaksanakan ritual ibadah bahkan kadang-kadang terjadi mesjid dijadikan sebagai ajang penonjol fanatisme madzhab, golongan atau individu. Rumah sebagai tempat bernaungnya komunitas masyarakatterkecil, tentu akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan sebuah pendidikan, terlebih lagi dalam konsep Islam, keluarga adalah penanggungjawab utama terpeliharanya fitrah manusia. Pembentukan keluarga telah diatur sedemikian rupa dalam al-Qur`an dan sunnah. Tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah, 1) membangun syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga 2)mewujudkan ketenangan dan ketentraman psikologis 3)mewujudkan sunnah Rasul SAW dengan melahirkan keturunan yang shaleh 4)memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak 5) menjaga fitrahanak agar tidak melakukan penyimpangan Sekolah sebagai tempat berlangsungnya aktivitas pembelajaran telah berlangsung sejak Islam lahir dan mengalami perkembangan hingga saat ini muncullah berbagai model sekolah sebagai wahana utama aktivitas pendidikan.
Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran aqidah dan syariat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah.Fungsi fundamental pendidikan Islam melalui sekolah meliputi, Pertama, fungsi penyederhanaan dan penyimpulan. Kedua, fungsi penyucian dan pembersihan. Ketiga, memperluas wawasan dan pengalaman anak yang dibesarkan melalui transfer tradisi. Keempat, fungsi terwujudnya integrasi, homogenitas dan keharmonisan antar siswa.Kelima, fungsi penataan dan validasi sarana pendidikan, Keenam, penyempurna tugas keluarga dalam pendidikan.
Dinul Islam dalam berbagai konsepnya telah menetapkan bahwa masa kecil adalah masa subur sebagai masa belajar bagi manusia. Apalagi jika diperiksa secara lebih teliti, Dinul Islam menetapkan persiapan masa mendidik seorang individu itu --seperti telah disinggung-- sejak masa konsepsi. Banyak temuan masa kini, ketika seorang ibu sedang mengandung, ada ibu yang terus menerus mengkondisikan bacaan Al-Quran yang tanpa putus (pembacaan langsung bergiliran antara bapak dan ibu dan bacaan dari
pemutar file audio MP3) sebagai lingkungan bagi janin. Hasilnya, tanpa perlu diajari secara khusus, anak yang dilahirkan kemudian dapat secara mudah belajar menghafal Al-Quran. Ada juga ibu yang melahirkan anak dengan kondisi difabilitas Tertentu, dengan cara pengkondisian yang sama, bisa melahirkan anak yang hafiz Quran lingkungan dengan suara-suara musik klasik yang disarankan ilmuwan Barat. Selain hal itu, ada teladan yang dicontohkan oleh Nabiyullah Muhammad saw, berupa perilaku yang menyertai janin yang dikandung, yaitu perilaku baik, sikap baik, doa yang baik, yang diusahakan secara terus menerus oleh orang tua, terutama ibu, yang sedang menanti kelahiran janinnya .
Ada kalimat hikmah yang menarik sebagai bahan renungan: “Atta'allum fi-ashshighar ka-annaqshi ala-alhajar” (pembelajaran pada masa kecil seperti memahat di atas permukaan batu). Konsep belajar ini tentu saja terkait dengan pembiasaan-pembiasaan dini semua kegiatan keislaman yang sungguh bisa berbekas sangat lama, seperti ukiran di atas permukaan batu. Sebagai fondasinya, pendidikan masa kecil harus memiliki unsur ketahanan yang sangat kuat agar bangunan yang akan berdiri di atasnya bisa kokoh. Sejak kecil anak-anak dikondisikan belajar melakukan hal-hal yang baik, yang sejalan dengan nilai-nilai syari'at. Anak-anak mulai diajari melafalkan doa-doa, melakukan amal baik sebagai kebiasaan, bahkan berlatih menjalankan ritual bentuk-bentuk ibadah, agar menjadi 'baju' yang menempel di dalam keseharian anak-anak.
6.3 Kewajiban Belajar bagi Muslimin dan Muslimat.
Di dalam QS. al-Mujadilah [58]: 11
Artinya: “Hai orang-orang beriman bila dikatakan kepada Anda: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan kepada Anda. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dengan landasan ayat di atas, seorang yang beriman harus selalu senang menuntut ilmu. Banyak hadis Nabi saw. yang terkait dengan ajaran untuk menuntut ilmu.
Status hukum menuntut ilmu yang fardlu 'ain ini menandakan semua orang yang beriman kepada Allah, baik laki-laki maupun perempuan, wajib untuk menuntut ilmu tanpa kecuali.
Mengapa Nabi Muhammad saw. begitu tekanan menuntut ilmu? Hal ini karena agama Islam adalah agama bagi orang yang berakal, bernalar, dan ajaran Islam memajukan umatnya untuk mencapai kebahagiaan serta kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Untuk itu, menuntut ilmu yang sangat penting bagi orang beriman agar dapat menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kita bisa melihat bahwa seorang muslim dapat menjalankan agamanya dengan benar dan baik apabila ia mempunyai bekal ilmu pengetahuan. Dengan mempunyai ilmu, maka dia tidak hanya meniru, atau mengikuti saja, tetapi mengikuti dengan mengetahui dasar landasan yang menjadi sandarannya. Hal ini sangat penting untuk menjauhkan umat Islam dari taqlid buta, beramal tanpa mengetahui landasannya.
Apabila kaum muslimin rajin menuntut ilmu, maka semua amalannya dengan berlandaskan ilmu/ilmu, sehingga akan lebih bermakna, lebih khusyu' dalam praktiknya, dan tidak terpengaruh oleh pengaruh apapun, karena mempunyai landasan yang kuat. Sebaliknya, apabila kaum muslimin beramal tidak berdasarkan ilmu, hanya ikut-ikutan saja, maka dasar amalnya adalah taqlid saja. Oleh karena itu, jalan kebahagiaan dunia akhirat harus dilandasi oleh ilmu.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita untuk selalu belajar kapan pun dan di mana pun. Tidak hanya pendidikan formal saja, akan tetapi juga pendidikan nonformal. Sekolah formal dibatasi oleh persyaratan tertentu, umur tertentu dan waktu tertentu. Namun, sekolah nonformal lebih luas dan lebih fleksibel.
Ilmu bisa kita peroleh di mana saja, seperti melalui guru-guru, para kiai, atau ustadz-ustadzah. Ilmu juga bisa diperoleh melalui media sosial yang terpercaya narasumbernya, terutama dari sisi kapasitas keilmuannya. Berbagai tempat pengajian atau kajian-kajian yang diselenggarakan oleh organisasi atau kelompok masyarakat, melalui media cetak seperti majalah Suara 'Aisyiyah, Suara Muhammadiyah, RadioMu, TVMu, juga live streaming di Youtube, dan masih banyak lagi sarana menuntut ilmu melalui media belajar di dunia modern yang sangat canggih saat ini.
Nabi Muhammad melihat. juga bersabda bahwa ilmu itu akan dapat menjadi amal jariyah kita, apabila kita menularkannya kepada orang lain. Kemanfaatan ilmu adalah bila ilmu yang kita berikan kepada orang lain, dan orang lain tersebut mengamalkannya. Misalnya, kita mengajarkan kepada ibu-ibu tentang cara merawat atau memulasarakan jenazah. Ibu-ibu tersebut kemudian mengamalkan, mengajar untuk merawat jena-zah saudara-saudaranya yang meninggal. Secara otomatis, ilmu kita akan terus berkembang dan bermanfaat bagi banyak orang. Inilah yang disebut dengan amal jariyah. Ilmu yang bermanfaat akan menjadi teman, bekal kita kelak bila menghadap Allah. Ilmu yang bermanfaat dapat kita jadikan bekal kita di akhirat, sedangkan harta yang lain akan kita tinggalkan di dunia.
6.4 Kewajiban Belajar Sepanjang Hayat.
MENCARI ILMU sepanjang hayat, begitulah ciri seorang Muslim sejati. Allah Subhanahu Wata'ala sendiri telah menyampaikan, sesungguhnya ilmu Allah itu luas, memenuhi langit dan bumi.
Apalagi jika seluruh lautan dijadikan tinta untuk menulis segala sesuatu yang Allah SWT mulai dari Al-Qur'an sebagai dasarnya, pasti seluruh lautan tidak akan kehabisan ilmu Allah SWT. Ini juga fakta bahwa semakin banyak kita belajar, semakin kita merasakan betapa banyak yang tidak kita ketahui.
قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ ق َبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا
“Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS: Al-Kahfi: 109).
Dahulu kita belum pernah mendengar bahwa shalat bisa menjadi terapi untuk kesehatan, namun dengan kajian demi kajian kita menemukan bahwa shalat sangat baik untuk kesehatan. Shalat tidak hanya merupakan kewajiban agama atau perintah Allah SWT, tetapisecara fisik juga ada manfaat kesehatan.
Untuk mendapatkan berkah ilmu, apapun yang dipelajari harus niat untuk diamalkan dan dengan begitu ilmu menjadi berkah. Ilmu juga memilih dengan siapa ia ingin berteman dan di dada siapa ia ingin duduk. Ada orang yang ilmunya ingin “berteman” maka ia akan melekat pada orang tersebut, namun jika ilmu melihat bahwa orang tersebut tidak berbuat baik dengan ilmunya, maka ilmu tersebut akan meninggalkannya.
Kewajiban mencari ilmu tidak mengenal waktu yang singkat. Selama manusia muslim dan muslimat masih (dinyatakan) hidup, kewajiban aini mencari ilmu itu masih tetap menempel. Mencari ilmu, pasti, tidak harus asam dalam kondisi pencarian di lingkungan formal : sekolah, pesantren, ma'had, dan sejenisnya. Tantangan Allah untuk seluruh umat manusia, agar selalu memperhatikan alam, mempelajari kejadian-kejadian yang ada di alam, adalah bentuk lahan dan proses mencari ilmu juga. Allah Menantang manusia melalui segala tanda kebesarannya di alam, supaya dipelajari oleh manusia, untuk menambah nilai keimanan manusia. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw, empat belas abad yang lalu, telah menjelaskan proses belajar sepanjang hidup. Perhatikan hadits Nabi saw: “Uthlubul-ilma min al-mahdi ila al-lahdi: Mengkondisikan kegiatan pencarian ilmu itu sejak masa buaian hingga mendekati masuk liang lahad”. Para ahli pendidikan Barat, baru mengangkat permasalahan ini pada abad ke sembilan belas, dengan sebutan pendidikan umur panjang. Dan, kekeliruan yang sering dilakukan oleh ummat Islam adalah mengekor apapun yang datang dari hasil olah pikir masyarakat Barat ilmiah, “sekalipun harus masuk ke dalam lubang biawak” (inti hadits Nabi yang mengingatkan tentang taqlidnya sebagian ummat Islam dengan hasil berpikir non-Muslim).
Kewajiban mencari ilmu itu seharusnya difahami sebagai suatu proses mencari ilmu sepanjang hayat dan tidak terbatas pada waktu atau umur tertentu. Beberapa ulama besar bahkan baru belajar di usia yang sudah berumur.
6.5 Konsep Hidayah
Dalam Dinul Islam pengertian hidayah adalah petunjuk yang datang dari Allah. Seperti Telah diuraikan, hidayah adalah nikmat yang dianugerahkan oleh Allah hanya kepada manusia-nusia tertentu. Tidak semua manusia bisa mendapatkan hidayah. Penganugerahan hidayah ini adalah hak prerogatif Allah. Nabi Muhammad yang kekasihnya menjadi Allah, sama se-kali tidak memiliki kekuatan untuk memaksa Allah menganugerahkan hidayahNya kepada Abu Thalib pada saat menjelang ajal. Apalagi Allah Diingatkan NabiNya dengan firman yang menyatakan bahwa “Nabi tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang dicintainya, karena petunjuk itu hanyalah hak Allah semata”.
Hidayah telah tersedia. Apakah manusia mau menanggapi hidayah tersebut? Memang benar, Allah tetap menentukan siapa yang berhak dan siap menenrima hidayah atau tidak. Tetapi sejalan dengan jiwa ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubh dirinya”, ada kepastian bahwa Allah tidak mengunci mati kondisi hidayah itu. Allah memberi kesempatan kepada siapa pun untuk mengakses hidayahNya yang memiliki beragam tampilannya, tanpa perlu kesulitan seperti yang pernah dialami Paman Nabi.
Tentang tampilan Al-Quran yang berbeda-beda bentuknya, Allah telah menjamin bahwa Allah memelihara Al-Quran sepanjang masa. Oleh karena itu, kondisi Al-Quran setelah diolah tampilannya oleh manusia, tetap disertai tulisan aslinya, tulisan berbahasa Arab. Tidak ada satu kitab pun yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dengan tetap memuat teks aslinya, kecuali Al-Quran. Ketelitian dan kesungguhan para pencatat Al-Quran dapat diperiksa dan diteliti karena melembaga secara jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Murtadha Muthahari, Manusia dan Alam Semesta, Konsepsi Islam tentang Jagad Raya, (Penerbit Lentera, Jakarta: 1997).
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Remaja Rosda Karya, Bandung:2007).
Al-Hafid Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, (Dar al- Hadits, Kairo: 2002).
http://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/13/164327820/studi.resmi.umumkan. Tingkat.kecerdasan.anak.diwarisi.dari.ibu.
https://www -kompasiana.com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/dinirawati/55594e65b67e61b571d366ac/konsep-pendidikan-dalam-islam?
https://suaraaisyiyah.id/kewajiban-menuntut-ilmu-bagi-seorang-muslim/
https://hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/2022/03/29/227537/sifat-muslim-mencari-ilmu-sepanjang-hayat.html
https://almanhaj.or.id/3559-memilih-isteri-dan-berbagai-kriterianya-1.html
http://lifestyle.kompas.com/read/2016/09/13/164327820/studi.resmi.umumkan.
tingkat.kecerdasan.anak.diwarisi.dari.ibu
https://science.idntimes.com/discovery/winda-carmelita/menurut-ilmuwan-
kecerdasan-anak-diwariskan-dari-gen-ibunya/full
iQuran V 2.5.4 untuk Android
Mansoer, Hamdan. dkk. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam,
Departemen Agama RI
Suryana, Jajang. 1997. “Isalamisasi Praktisi Sains dan Teknologi”. Makalah dalam
Kajian Studi Islam Pengajian Muslimah Mahasiswi STKIP Singaraja
Suryana, Jajang. 2004. Kajian Pemikiran Sederhana tentang Islam. Kumpulan tulisan.
Singaraja
Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum. Singaraja: Tespong
Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum V.2.0. Singaraja: Tespong
Taufiq, Mohammad. 2013.Menambahkan Quran di Ms Word V 2.2.0.0. https://www.facebook.
com/QuranInMsWord
Langganan:
Postingan (Atom)
-
9.1 Nab i Muhammad SAW Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia Akhlaq adalah keseimbangan antara perilaku lahir dengan perilaku batin. ...
-
7.1 Dasar Kewajiban Melakukan Penelitian Allah menuntut calon Nabi, Muhammad saw, untuk melakukan kegiatan pembacaan (iqra) sejak awal ...