Jumat, 19 April 2024

BAB IV MANUSIA MAHKLUK OTONOM

Nama ; Baiq Ziadatul Afni Azkiya

NIM; 2315011007

Batasan pengertian manusia mahluk otonom adalah:

  1. Manusia adalah makhluk yang otonom : Manusia adalah makhluk yang otonom, yang berarti ia memiliki kekuasaan dan kekayaan untuk melakukan perilaku yang disangka sesuai dengan kemauan dan keinginan sendiri .
    .
  2. Manusia tidak otoritas : Manusia tidak otoritas, yang berarti ia tidak memiliki kekuasaan dengan sendirinya. Kreasi selalu mengacu kepada kekuasaan .
    .
  3. Manusia memiliki karsa atau kemauan yang bebas : Manusia memiliki karsa atau kemauan yang bebas, yang berarti ia memiliki kekuasaan untuk melakukan perilaku yang disangka sesuai dengan kemauan dan keinginannya sendiri .
    .
  4. Manusia memiliki kelebihan : Manusia memiliki kelebihan, yang berarti ia memiliki sifat-sifat yang melebihi makhluk lain .
    .
  5. Manusia memiliki ketidakpuasan : Manusia memiliki ketidakpuasan, yang berarti ia memiliki keinginan untuk mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan berjanji .
    .
  6. Manusia berperasaan : Manusia berperasaan, yang berarti ia memiliki kemampuan untuk merasa dan mengakui perasaan .
    .
  7. Manusia memiliki ketakjuban : Manusia memiliki ketakjuban, yang berarti ia memiliki kemampuan untuk menyukai dan menyenangkan sesuatu .
    .
  8. Manusia memiliki kesediaan : Manusia memiliki kesediaan, yang berarti ia memiliki kemampuan untuk memenuhi kehendak dan keinginan Allah .
    .
  9. Manusia memiliki kekuasaan partisipatif : Manusia memiliki kekuasaan partisipatif, yang berarti ia harus selalu selaras dan sejalan dengan kehendak Allah .
    .
  10. Manusia memiliki keluasan kepemimpinan : Manusia memiliki keluasan kepemimpinan, yang berarti ia memiliki kemampuan untuk mengusahakan dan memelihara lingkungan hidup .
    .
  11. Manusia memiliki keteladanan : Manusia memiliki keteladanan, yang berarti ia harus memberikan keteladanan sebagai wakil dari Allah .
    .
  12. Manusia memiliki tanggung jawab : Manusia memiliki tanggung jawab, yang berarti ia harus mengelola bumi dan segala isinya dengan baik agar dapat bermanfaat untuk generasi berikutnya .

 4.1 Nikmat Allah bagi Semua Mahluk Hidup

Istilah otonom --kini-- sering dikaitkan dengan urusan pemerintahan. Pemerintahan daerah yang memiliki hak otonom dapat mengatur urusannya sendiri tanpa banyak bergantung kepada pemerintah pusat. Pengertian otonom yang berkaitan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk Allah adalah bertalian dengan kebebasan menentukan pilihan. Manusia, tanpa kecuali, memiliki hak menentukan pilihan di samping dibatasi oleh kewajiban insani sebagai mahluk Allah yang wajib beribadat. Hak dan kewajiban itu kemudian berkelindan dengan masalah pahala dan dosa: sebuah hukum sebab akibat yang lebih banyak ditentukan oleh amal manusia.



Artinya ; Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya) (QS An-Naml, 27: 62) 

Manusia dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi. Pengertian khalifah bisa berarti wakil Allah di bumi, bisa juga sebagai pemakmur bumi.  Khalifah merupakan gelar yang diberikan untuk penerus nabi Muhammad dalam kepemimpinan umat Islam.  Dalam konsep Islam, manusia adalah khalifah yakni sebagai wakil, pengganti atau duta tuhan di muka bumi. Dalam memikul tanggung jawab dunia, seperti diceritakan dalam Al-Quran, manusia telah siap memikul amanah yang telah ditawarkan oleh Allah swt kepada mahluk lainnya. Ketetapan itu kemudian menjadi pelengkap tanggung jawab tugas khalifah di Bumi. Namun, seperti terungkapnya Allah swt dalam Al-Quran, manusia itu cenderung banyak lalai, menyepelekan amanat, dan zhalim terhadap mahluk lain dan dirinya. 

Pada dasarnya, khalifah dan pemakmur Bumi memiliki tugas yang sama, yaitu memakmurkan Bumi dan menjaga lingkungan hidup. Namun, khalifah merupakan penerus kepemimpinan nabi Muhammad dan wakil Allah di muka Bumi, sedangkan pemakmur Bumi adalah manusia yang mempunyai tugas untuk memakmurkan Bumi. Tidak sembarang manusia ataumakhluk Allah yang bisa menjadi khalifah. Seseorang yang diberi amanah sebagai wakil Allah di muka bumi ini biasa kita sebut sebagai nabi. Meskipun demikian, khalifah juga bisa merupakan penerus kepemimpinan nabi di daerah kepemimpinannya, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa khalifah adalah wakil dari Allah, itu artinya manusia juga merupakan khalifah di bumi yang harus memegang amanah yang diberikan. Manusia adalah makhluk Allah yang paling dimuliakan karena diberikan akal, pikiran serta nafsu.

Hal inilah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Namun, dengan memiliki nafsu, manusia sering melupakan dan terbawa nafsu. Hal ini yang menjadikan manusia terlihat seperti tidak menjadi khalifah yang baik.  Banyak manusia yang bisa menggunakan akal pikirannya namun terkadang lupa karena nafsu yang dimiliki. Namun masih ada pula manusia yang mampu menjadi khalifah dan menjaga nafsunya. Manusia – manusia yang seperti itulah yang bisa menjadi khalifah di bumi.

Dalam memikul tanggung jawab dunia, seperti diceritakan dalam Al-Quran, manusia telah siap memikul amanah yang telah ditawarkan oleh Allah swt kepada mahluk lainnya. Ketetapan itu kemudian menjadi pelengkap tanggung jawab tugas khalifah di Bumi. Namun, seperti terungkapnya Allah swt dalam Al-Quran, manusia itu cenderung banyak lalai, menyepelekan amanat, dan zhalim terhadap mahluk lain dan dirinya. Sesungguhnya, Allah tidak pernah membeda-bedakan mahlukNya. Semua mahluk Allah ada dalam perlindungan dan kasih sayangNya. Sifat Allah yang Rahmaan dan Rahiim, mencintai semua mahluk secara merata. Allah Maha Penyayang terhadap semua mahlukNya di Dunia. Dan, Allah juga Maha Pengasih hanya kepada mahluk tertentu yang patuh kepadaNya, di Akhirat nanti.

4.2 Nikmat Hidup

N ikmat hidup adalah kenikmatan yang diberikan kepada manusia dalam bentuk kehidupan dan kekayaan yang diperolehnya. Ini termasuk kehidupan, pengampunan, anugerah akal dan pancaindra, rezeki, kemerdekaan, penciptaan alam semesta, dan hidayah Allah.

Manusia dianjurkan untuk mensyukuri kenikmatan-nikmat ini dengan berbagai cara, seperti memuji Allah, mengadakan acara syukuran, menuntut ilmu syar'i, dan menjaga kesehatan.

Allah Ta'ala berfirman;

“Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”[Ibrahim/14:34]


 Artinya :
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

Allah dengan sifat RahmanNya memberikan kenikmatan hidup kepada semua mahlukNya tanpa kecuali. Semua mahluk Allah dianugerahi nikmat hidup tanpa kecuali. Manusia, jin, malaikat, binatang, maupun tumbuhan, diberi kesempatan menikmati kehidupan secara merata oleh Allah. Allah tidak akan pernah membedakan mahluk mana yang menuruti aturanNya atau yang mengingkari aturanNya, semua mendapatkan kasih sayang Allah. semua mahluk Allah swt telah dijamin rezekinya serta fasilitas hidup yang lengkap. Tak ada mahluk hidup yang harus membayar kenikmatan asali udara, kenimkatan udara, kenikmatan tempat tinggal, semua telah disediakan sebagai bagian dari jaminan hidup dari Allah swt. Namun, kemudian manusia tidak bisa menikmati semua kenikmatan tersebut. Udara yang berasal sehat dan gratis, dikotori oleh berbagai polusi. Hasil bakaran lahan gambut ditebar memenuhi udara yang bersih; asap pabrik menjadi pengotor udara yang bersih dan gratis; begitupun asap knalpot kendaraan yang jumlahnya semakin banyak telah menjadi penyuplai udara kotor, yang meracuni udara bersih yang sejak awal telah disediakan oleh Allah swt. Begitupan fasilitas lainnya, air bersih, tanah subur, tumbuhan hijau, binatan binatan air, semua telah dikotori oleh hasilulah tangan manusia, sehingga semua fasilitas kehidupan mendasar tadi menjadi berharga sangat mahal dan tidak gratis lagi. 

Allah yang Maha Rahman menyediakan segala kebutuhan hidup bagi setiap makhluk-Nya. Mentari dengan setia menyinari bumi, menghangatkan, sekaligus memberi manfaat untuk kehidupan. Oksigen tersedia melimpah di sekitar permukaan bumi, dan bukan di luar angkasa, karena kehidupan makhluk hidup pada umumnya berada di sana. Demikian pula udara, kumpulan molekul yang tersusun dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen ini banyak tersedia di bumi, di laut, danau, sungai, di dalam tanah dan di atmosfer berupa uap air yang biasa tampak seperti awan. Semuanya disediakan oleh Allah untuk menunjang kebutuhan mendasarmakhluk hidup ciptaan-Nya yang berada di bumi. Udara adalah sumber kehidupan. Asal segala makhluk di bumi adalah dari udara. Setidaknya begitulah pendapat yang dikemukakan ilmuan sains dan teknologi. Menurut mereka ada 3 teori tentang asal mula kehidupan yang bermula dari udara, pertama, kehidupan dimulai dari udara, dalam hal ini air laut. Teori ini percaya bahwa kehidupan muncul dari reaksi kimia yang panjang dan kompleks. Rantai kimia ini dipercaya dimulai dari udara laut. Kedua, peran udara dalam kehidupan mengungkapkan dalam bentuk bahwa semua makhluk hidup berasal dari cairan sperma. Sperma berasal dari sari pati makanan, dan makanan berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tidak dapat hidup tanpa udara. Ketiga, bahwa udara merupakan unsur penting agarmakhluk dapat hidup dan menjaga kelangsungan hidupnya. Selain itu, pada kenyataannya, sebagian besar tubuh makhluk hidup terdiri dari udara. 

Keberadaan udara di bumi adalah sebuah keistimewaan, karena secara teoritis, kemungkinan keberadaanya di tempat lain, di alam semesta sangat kecil sekali. Di daerah tata surya kita, banyak udara didapat di luar bumi, tetapi pada umumnya dalam bentuk gas atau es. Sedangkan dalam bentuknya yang cair, praktis hanya ditemukan di bumi. Jarak antara bumi dengan matahari yang sedemikian rupa menjadikan molekul-molekul udara di bumi sebagian besar selalu tersedia dalam fasa cair. Selain jarak yang proporsional, bumi juga berotasi mengelilingi matahari, hal itu mengakibatkan distribusi dan fluktuasi suhu di permukaan bumi bergerak dinamis. Dengan demikian, bumi memiliki fasa udara yang komplit yaitu fasa cair, fasa padat dan fasa gas, sehingga bumi menjadi tempat yang layak huni bagi makhluk hidup. Dari  sini kita menyadari bahwa penempatan manusia di bumi adalah suatu anugerah yang besar. Berbagai fasilitas yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia telah disediakan oleh Allah, seperti hamparan tanah yang layak huni, sumber-sumber makanan seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan beragam jenis hewan di darat ataupun di laut, sinar matahari, oksigen dan juga udara. 

Dalam kaitan dengan kenikmatan hidup, semua mahluk Allah swt telah dijamin rezekinya baesserta fasilitas hidup yang lengkap. Tak ada mahluk hidup yang harus membayar kenikmatan asali udara, kenimkatan udara, kenikmatan tempat tinggal, semua telah disediakan sebagai bagian dari jaminan hidup dari Allah swt. Namun, kemudian manusia tidak bisa menikmati semua kenikmatan tersebut. Udara yang berasal sehat dan gratis, dikotori oleh berbagai polusi. Hasil bakaran lahan gambut ditebar memenuhi udara yang bersih; asap pabrik menjadi pengotor udara yang bersih dan gratis; begitupun asap knalpot kendaraan yang jumlahnya semakin banyak telah menjadi penyuplai udara kotor, yang meracuni udara bersih yang sejak awal telah disediakan oleh Allah swt. Begitupan fasilitas lainnya, air bersih, tanah subur, tumbuhan hijau, binatan binatan air, semua telah dikotori oleh hasilulah tangan manusia, sehingga semua fasilitas kehidupan mendasar tadi menjadi berharga sangat mahal dan tidak gratis lagi.

Banyak fasilitas kehidupan (nikmat hidup) yang telah dikuasai secara semena-mena oleh sekelompok manusia tertentu. Satu kebutuhan mendasar bagi kehidupan yaitu air, banyak yang telah dikangkangi oleh kelompok pamilik dana besar. Perusahaan air mineral yang mengeksploitasi sumber air sebagai lahan ekonomisnya, seringkali menyebabkan efek kekeringan di lingkungan sekitarnya. Sementara itu, mereka secara terus-menerus menghisap air tanah untuk keperluan bisnisnya tanpa memperhitungkan kondisi kerawanan lingkungan yang mereka rusak. Demikian pula hotel-hotel mewah yang telah menghabiskan begitu banyak kandungan air tawar fasilitas umum hanya untuk kenyamanan (ketamakan) layanan mereka. Kamar-kamar hotel yang tertinggi sekalipun tidak pernah kekurangan air bersih yang mengucur kapanpun diperlukan, atau memenuhi seluruh kolam renang dan kolam bermain yang mereka siapkan sebagai tempat hiburan. Sementara itu, penduduk sekitar hotel sangat sulit mendapatkan sekadar air bersih.

Ketidakadilan sosial itu telah merebak di mana-mana. Belum lagi kekayaan alam yang seharusnya menjadi bahan kemakmuran rakyat, telah digadaikan kepada negara-negara asing, yang hasilnya hanya menguntungkan segelintir orang culas dan serakah. Atau, bekas eksploitasi atas kekayaan alam, yang tak pernah diperbarui lagi, oleh kelompok pemilik modal tertentu yang menyebabkan bencana asap, banjir, atau longsor, yang menimpa masyarakat tertentu sebagai korban. Semua akibat kondisi itu dengan sangat mudah dikembalikan kepada pemerintah yang harus membayar atas ganti rugi kejadian tersebut. Dan, semua itu tampak nyata karena massa media banyak menyiarkannya untuk konsumsi khalayak. Para penyusun undang-undang dasar negara Indonesia telah begitu bijak memahami semua kondisi alam sebagai fasilitas dan kenikmatan hidup bagi orang banyak. Undang-undang undang-undang hasil rumusan para pendahulu Indonesia telah begitu tertib mengatur segala sesuatu yang terkait dengan beragam hajat hidup banyak, tetapi para pelaksana undang-undang undang --kini-- secara sengaja menyelewengkan kekuasaan mereka demi memenuhi kebutuhan dan kerakusan masyarakat segelintir manusia. Kondisi tadi, tentu tidak akan terjadi di lingkungan mahluk lain, lingkungan binatang dan tumbuhan misalnya. Bahkan boleh jadi di lingkungan masyarakat jin, iblis, maupun malaikat, kondisi seperti itu tidak akan terjadi. Itulah kelebihan sekaligus kekurangan manusia sebagai mahluk yang ditetapkan oleh Allah swt menjadi pemakmur (juga perusak) Bumi. Tidak akan kita temui kejahatan yang terjadi di antara bangsa binatang, juga mahluk lainnya yang memiliki hak kenikmatan hidup sebagaimana yang telah diberikan kepada manusia. Tetapi, seperti yang dijelaskan oleh Allah swt, manusia yan baik akan berada pada kondisi lelbih baik daripada para malaikat. Sebaliknya, manusia yang buruk akan berada pada kondisi lelbih buruk daripada binatang (: mengapa binatang dijadikan contoh keburukan dalam keterangan Allah swt ini?). Seburuk apapun perilaku mahluk lainnya, mereka tidak akan menimbulkan kerusakan di Bumi. Hanya saja manusia yang telah dinash (dicatat) di dalam Al-Quran yang akan menimbulkan berbagai kerusakan di darat maupun di lautan.

Ketika manusia berbuat jahat, memilih dominasi fujuur sebagai panglima, dan menyisihkan taqwa, maka kejahatan manusia akan lebih buruk dibandingkan kejahatan yang bisa dilakukan oleh hewan. Tak ada hewan yang membuang anaknya yang baru dilahirkan ke tempat sampah. Tak ada hewan yang merusak lingkungan. Sementara itu, seorang manusia dengan hasil teknologi gergaji gergaji dapat merubuhkan dengan mudah sejumlah pohon yang telah berusia ratusan tahun, setiap hari, tanpa mau menyiapkan penggantinya (menyiapkan pohon pengganti) dengan benih pohon yang baru. Selagi manusia bisa melakukan sesuatu yang sangat menguntungkannya, dia akan terus menerus melakukan hal itu meskipun merugikan manusia lainnya. Manusia tidak akan pernah bisa berhenti karena kenyang, kaya, berkuasa, menang, jika masih bisa melakukannya, mungkin dia akan tetap menimbun, tetap menabung, tetap mengejar jabatan, dan tetap mengejar kemenangan demi kemenangan. Sebelum terpuaskan nafsunya (nafsu tidak akan pernah merasa puas), banyak manusia tetap berusaha mengejar dorongan hawaahu. Lain halnya dengan binatang, ketika perutnya telah kenyang, dia tidak akan menyimpan makanan kesukaannya sebagai timbunan kekayaan pribadinya. Dia akan berhenti memakan makanan yang biasa dia makan setelah kenyang. Kecuali binatang tertentu yang memang dijadikan bahan pembelajaran langsung oleh Allah swt untuk manusia, misalnya khinzir yang diharaman oleh Allah swt! Ekspansi binatang sejenis predator yang dianggap membahayakan, begitupun tumbuhan yang menjadi perusak lingkungan, tidak pernah lepas dari hasil ulah manusia. Ketika banyak orang memiliki uang yang berlimpah, hawa nafsunya menginginkan sesuatu yang berbeda dari orang lain yang ada di sekitarnya. Dibelilah binatang-binatang peliharaan yang unik dan langka, begitupun jenis tanaman unik dan langka, yang didatangkan dari tempat asing yang jauh yang berbeda lingkungan dan kondisi alamnya. Misalnya ikan piranha dan ikan alligator. Dua jenis ikan tersebut, setelah dipelihara dalam waktu yang lama, tidak bisa lagi diwadahi dalam sekadar akurium rumahan. Ikan-ikan itu semakin besar, semakin memerlukan perhatian lebih, dan akhirnya para pemilik ikan unik tersebut tidak mampu lagi menangani kebutuhan binatang-binatang kesayangan tersebut. Demi mengembalikan ke alam, dilepaslah binatang-binatang berbahaya tersebut ke sungai, ke danau, ke bendungan. Begitupun tumbuhan-tumbuhan predator yang unik sebagai tanaman hias, ketika tanaman itu tidak bisa dipelihara sebagai penghias rumah atau taman pribadi, disebarlah di tempat lain yang dianggap alami. Padahal alam tempat “pembuangan” fauna dan flora tersebut tidak sesuai dengan alam asli lingkungan dua jenis mahluk hidup tadi. Di lingkungan asal, mereka adem, aman, tidak bermasalah dengan lingkungan aslinya, karen Allah swt telah merancang lingkungan yang cocok, sesuai dengan tuntutan kehiduapan mahluk-mahluk tadi. Tetapi,Ketika mereka ditempatkan di lingkungan yang lain, makalah mereka sebagai predator berbahaya bagi mahluk hidup lainnya di lingkungan yang baru ditempatinya.  

Semua mahluk Allah swt diberi kesempatan hidup dan berkembang biak oleh Allah swt, lengkap dengan fasilitas yang menyertai keberadaannya. Inilah kenikmatan yang sangat mendasar yang dianugerahkan oleh Allah swt kepada mahluk apapun. Allah swt tidak pernah membedakan mahluk untuk kelezatan nikmat mendasar ini. Manusialah yang menyebabkan mahluk lain menjadi berubah kondisinya. Sementara itu, mahluk selain manusia, pada dasarnya berada pada kondisi yang tetap seperti ketika awal mehluk tersebut menjalani kenikmatan hidupnya dalam ciptaan Allah swt. Jika manusia hanya menikmati hidup semata tanpa mengisinya dengan kegiatan ibadah sebagaimana yang dituntut oleh Allah swt, manusia itu sama saja dengan mahluk Allah swt lainnya yang memiliki kesempatan hidup tetapi tidak mendapatkan kesempatan mencatatkan amal baik mereka untuk kehidupan di Akhirat. Manusia yang tidak memiliki amal baik, mungkin sama dengan binatang dan tumbuhan, atau bahkan lebih buruk dari mereka.

4.3 Nikmat Akal 

Nikmat Allah yang kedua hanya dianugerahkan kepada jenis mahluk tertentu, yaitu manusia. Allah memberi akal sebagai alat pengendalian diri, alat pengembangan diri, atau alat berpikir yang bisa digunakan untuk mengubah diri, menentukan pilihan.

Hanya manusia yang diberi nikmat yang masuk akal. Oleh karena itu, manusia diserahi tugas mengelola Bumi, sebagai khalifah fil-Ardh. Dengan akalnya, manusia bisa mengelola Dunia, berbudaya. Allah tidak membeda-bedakan manusia yang beriman maupun kufur, semuanya diberi kenikmatan akal. Bahkan, tanpa membedakan pula, Allah telah membuktikan janji-Nya tentang manusia pengolah ilmu pasti mendapatkan posisi yang tinggi di antara mahluk lainnya. Tanpa iman, memang, ketinggian derajat itu baru sebatas posisi duniawi. Allah secara lengkap menjanjikan akan meninggikan derajat orang yang beriman sekaligus berilmu (karena bisa memanfaatkan kemampuan akal) beberapa derajat di antara mahluk lainnya.

Di antara nikmat yang Allah berikan kepada manusia adalah akal. Karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan akal yang dengan akal itu ia memahami mana yang baik dan mana yang buruk, dengan akal itu dia berpikir dan memikirkan tentang hakikat kehidupan dalam kehidupan dunia. Karena sesungguhnya Allah menciptakan akal untuk melebihkan manusia diatas yang lainnya. Dengan akal itulah manusia bisa memahami ilmu. Oleh karena itulah Allah menciptakan manusia memang untuk ilmu, dengan kelebihan akal mereka.

Allah menurunkan agama ini untuk orang-orang yang berakal. Allah menyebutkan dalam Al-Qur'an, dalam ayat-ayat yang banyak. Allah berfirman misalnya: لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (agar kalian berakal). Allah juga berfirman: أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (apa kalian tidak ingat?). Demikianlah dalam ayat-ayat yang lain, dimana sesungguhnya orang yang paling bahagia adalah yang menggunakan akal pikiran untuk memahami ayat-ayat Allah 'Azza wa Jalla.

Allah mencela orang-orang yang tidak mau memahami ayat-ayat Allah dengan akal pikiran itu. Dan Allah menyebutkan bahwasanya itu adalah sifat penduduk neraka jahannam.   Allah berfirman:


“Sungguh Kami telah menciptakan neraka jahannam itu penduduk-penduduknya dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak digunakan untuk memikirkan ayat-ayat Allah, mereka memiliki mata tapi tidak digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah, dan mereka memiliki telinga namun tidak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itu orang-orang yang lalai.”  (QS. Al-A'raf[7]: 179)


 Artinya :  Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Sungguh celaan yang sangat tercela dan mengerikan terhadap penduduk api neraka, akibat mereka tidak menggunakan akal pikiran mereka dan alat-alat untuk memahami ayat-ayat Allah 'Azza wa Jalla.

Maka saudaraku, terima kasih menikmati akal ini dengan memahami ayat-ayat Allah yang Allah turunkan kepada RasulNya. Dengan memahami ayat-ayat Allah yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah jabarkan dan jelaskan kepada kita, semua itu untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat kita.

Hanya manusia yang dianugerahi nikmat akal oleh Allah swt. Oleh karena itu, manusia ditugasi untuk “mengelola Bumi”, sebagai khalifah fil Ardh. Dengan adanya akalnya, manusia bisa mengelola Bumi, berbudaya. Allah swt tidak membeda-bedakan manusia yang beriman ataupun kufur, semuanya diberi nikmat akal tanpa kecuali. Bahkan, tanpa membedakan pula, Allah swt telah membuktikan janji-Nya tentang manusia pengolah ilmu --ilmu diolah menggunakan fungsi nikmat akal. Allah swt akan menempatkan manusia yang beriman dan “menguasai” ilmu dengan posisi yang lebih tinggi di antara mahluk Allah swt lainnya. Dapat dibuktikan secara nyata, posisi bangsa 'penguasa' ilmu telah diberi kedudukan lebih di atas bangsa lain, sebagai 'penguasa' urusan Dunia, meskipun kondisi mereka tidak berbekal keimanan. Para pencinta ilmu yang sedang berjaya kini, banyak di antara mereka adalah ilmuwan yang terdiri atas manusia-manusia yang tidak pernah menyatakan keimanan kepada Allah swt. Bahkan banyak juga mereka yang ateis. Mereka tetap diberi kesempatan untuk mengembangkan ilmu Allah swt sejalan dengan upaya sungguh-sungguh yang mereka miliki. Tetapi, tanpa bekal keimanan kepada sang pemilik tunggal ilmu yang mereka kelola, mereka bisa melakukan berbagai perbuatan yang semena-mena. Percepatan temuan teknologi masa kini telah banyak memakan korban yang dekat (masa kini) maupun yang jauh (efek buruk masa depan). Bukti-bukti tentang efek pencapaian penguasaan ilmu secara duniawi tetap diberikan Allah swt kepada para ilmuwan, meskipun penguasaan mereka tanpa dibekali keimanan. Efek pencapaian ilmu yang dilengkapi dasar keimanan telah tampil mengemuka sebagai bentuk masyarakat madani, masyarakat yang menempati negeri dengan ciri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Pengembangan ilmu pengatahun yang menjadi induk ilmu pengetahuan masa kini yang pernah dicapai oleh masyarakat muslim masa lalu (bisa dibaca karya Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R. Hill, 1993, Teknologi dalam Sejarah Islam; Arsyad M. Natsir, 1989, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah; dan SI Poeradisastra, 1981, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Kebudayaan Modern). Allah swt juga menunjukkan bahwa lepasnya keimanan menyebabkan runtuhnya puncak pencapaian ilmu dan kebarkahan hidup melalui kejadian yang fenomenal pada Perang Salib (Informasi yang lengkap bisa dicari, banyak sumber berita tentangnya).

4.4 Nikmat Hidayah

Allah menganugerahkan nikmat hidayah hanya bagi manusia tertentu (terpilih) saja. Sejalan dengan posisi manusia sebagai mahluk otonom, yang telah diberi kebebasan untuk memilih kecenderungan fujur atau taqwa, maka tidak semua manusia mengambil pilihan yang sama. Ada yang memilih fujur, ada juga yang cenderung kepada taqwa. Padahal, hidayah, yang selama ini diartikan sebagai “sesuatu yang selalu harus dicari”, telah tersedia berbentuk Al-Quran yang sempurna sebagai kumpulan hidayah Allah.

Manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna. Dengan segala potensi yang dimiliki manusia mampu menciptakan (baca: menghasilkan) berbagai macam teknologi modern. Dengan segala kemampuannya manusia mampu menembus ruang angkasa yang jauh di sana atas kekuasaan Allah Yang Maha Mulia sebagaimana dalam firman-Nya, “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (teknologi)”. (QS al-Rahmân [55]: 33).


 

Artinya ; Wahai golongan jin dan manusia! jika kamu mampu menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah). (QS al-Rahmân [55]: 33).

Berkat karunia Tuhan manusia dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk kemaslahatannya di dunia. Dengan predikatahsanu taqwim (sebaik-baik ciptaan) yang ada pada manusia berbeda dengan semua makhluk lain. Satu aspek penting yang membedakan manusia dengan yang lainnya adalah manusia dikaruniai akal sedangkan tidak demikian dengan makhluk lainnya. Sehingga menjadi sebuah keniscayaan jika manusia harus memaksimalkan potensi otaknya (akal) untuk mengarungi lautan kehidupan di dunia yang fana ini. Dengan demikian kesempurnaan manusia sebagai hamba Tuhan terealisasi dan termanifestasi melalui berbagai macam prestise dan pencapaian yang diperoleh.

Sebagai khalifah di muka bumi (khalifatun fi al-ardh) ini tentu manusia mempunyai tanggung jawab yang besar. Manusia-lah yang mengatur kehidupannya di dunia ini, mereka yang berusaha melestarikan alam, tetapi tidak sedikit juga yang malah melakukan kerusakan (fasad). Semua itu akan dipertanggungjawabkan di sisi Tuhan kelak pada waktu perhitungan amal. Sedangkan makhluk selain manusia bebas dari tanggung jawab karena mereka hidup di dunia tanpa karunia akal dan apa yang mereka lakukan adalah sesuai dengan kehendak Allah (dalam kendali-Nya). Andaikata tidak ada hidup setelah mati, tidak ada tanggung jawab dibalik tindakan yang kita lakukan maka pasti kehidupan di dunia ini penuh dengan huru-hara, hampa dari kebenaran dan kebaikan. Namun karena pada hakikatnya manusia itu sadar akan tanggung jawab yang akan diperoleh di akhirat kelak maka dalam setiap perbuatannya, manusia memikirkan baik buruknya. Jika dinilai baik maka ia melakukan dan membalas kebaikan pula yang akan diperoleh dan sebaliknya jika dirasa buruk dan menimbulkan mudharat (bahaya) maka akan berusaha dijauhi dan ditinggalkan.

4.5 Dua Nikmat yang Kerap Terlupakan

 Ketika sedang sehat, seseorang merasa tenteram, tenang, bahkan merasa tidak memiliki masalah besar. Dalam kondisi sehat seseorang sering merasa bahwa sehat itu bagian tak terpisahkan dari hak hidup sehari-hari. Kemudian, banyak orang yang lupa menyertakan keberadaan Allah swt dalam segala isi kehidupannya. Nikmat sehat pada dasarnya adalah anugerah Allah swt. Udara bersih yang setiap kali menjadi konsumsi gratis bagi semua manusia, semua mahlukNya, adalah kenikmatan rutin yang sering dilupakan. Bayangkan, jika selama 6 bulan kabut asap secara terus-menerus mengganggu lingkungan manusia, pasti menyebabkan banyak manusia tidak nyaman, bahkan menjadi sakit pernafasan. Di antaranya ada juga yang meninggal. Ketika sehat, begitu banyak orang yang lupa diri, sangat lupa bahwa sehat itu sangat mahal. Ketika Allah swt menyiapkan sehat itu sangat murah, banyak manusia terlena dalam kondisi nyamannya, dan manusia lupa bahwa di samping sehat ada sakit yang selalu mengintai.
Di samping kenikmatan kesehatan, ada kenikmatan lainnya yang dapat dilupakan oleh manusia, yaitu kenikmatan yang memiliki waktu senggang. Setiap orang rata-rata diberi waktu senggang yang banyak oleh Allah swt. Allah swt menuntut manusia untuk beribadat mahdhah dengan waktu yang sangat sedikit. Manusia cukup leluasa untuk memanfaatkan waktunya dalam banyak kegiatan di luar ibadah mahdhah. Nikmat yang mana lagi yang akan kita dustakan?
Orang-orang tua masa lalu sangat arif dalam memanfaatkan waktu senggang mereka dengan merespons berbagai kondisi alam menjadi sesuatu temuan baru untuk keperluan mereka. Alam telah menjadi sumber inspirasi dan sekaligus menjadi tantangan dalam berkarya. Begitu banyak karya manusia masa lalu, yang kemudian disebut dengan agak melecehkan sebagai karya seni waktu luang (leissure art), yang menggambarkan betapa mereka sungguh-sungguh menanggapi alam unuk menghasilkan karya yang banyak
bermanfaat bagi begitu banyak orang. Salah satu bentuk ibadah ghair mahdhah yang mereka kerjakan adalah menghasilkan perangkat kerja yang sejalan dengan kondisi lingkungan mereka. Banyak temuan yang mereka gunakan sebagai perangkat hajat hidup mereka yang mendasar, berupa temuan sendiri, tidak bergantung pada hasil temuan orang lain. Tanda syukur atas kemampuan (telenta) yang dianugerahkan oleh Allah swt, lengkap dengan waktu luang yang mereka manfaatkan, belum bisa bersaing lagi dalam kondisi kehidupan masa kini. Bisa diperiksa, begitu beragamnya bangunan rumah tradisi yang sangat ramah lingkungan, fungsional, filosofis, dan estetika. Banyak perangkat kerja untuk keperluan sehari-hari yang menjadi induk pengembangan perangkat kerja masa kini. Banyak perangkat kebahasaan (peribahasa, ungkapan, nasihat, pantun, kata mutiara dan sejenisnya) yang bermanfaat dan (sebagian) kontekstual hingga masa yang jauh dari saat penyusunannya. Dan, kini belum diperoleh lagi temuan- temuan baru yang setara dengan induk temuan yang mereka dapatkan. Tanda terima kasih bukan sekadar ucapan. Ada bentuk tanda syukur yang bisa tampak sebagai bukti-bukti tinggalan yang baik serta menjadi penanda keberadaan dan kehadiran mahluk Allah swt yang banyak bersyukur dalam bentuk tindakan (amal shalih). Islam adalah agama yang mengatur tata-akuan (syahadah, keimanan) dan tindakan (amal shalih): aamanuu wa 'amilushshalihaat. Dua kata yang bersifat two-in-one ini selalu disebut oleh Allah swt secara bergandengan dan tidak dipisahkan. Dalam konsep Islam, seseorang yang telah mengaku muslim/muslimat belum cukup disebut muslim/muslimat paripurna jika belum melengkapi pengakuan (aamanuu) dengan perbuatan baik ('amilushshalihat). Sebaliknya, seseorang yang telah terbiasa berbuat baik, tetapi belum didasari oleh latar keimanan kepada Allah swt, kebaikan-kebaikan baru tadi berdampak positif secara duniawi. Artinya, Allah swt tetap menghargai perbuatan baik siapapun yang
dilakukan semasa di dunia, sebatas kebaikan duniawi. Sementara itu, yang menjadi tuntutan lengkap dari Allah swt adalah fiddunyaa hasanah (amal shalih di dunia) wa fil- aakhirati hasanah (keshalihan yang dilengkapi keimanan). Itulah yang akan menyelamatkan siapa pun dari siksa yang pedih ('adzaaban-Naar) di akhirat kelak. Kehidupan manusia paripurna, dalam konsep Islam, adalah mengisi kehidupan duniawi yang syar'i yang akan menjadi bekal kesiapan dalam kehidupan ukhrawi. Kehidupan di alam Akhirat, dalam pandangan Islam, adalah kehidupan sebenarnya, sebuah kondisi kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan di Dunia.

4.6 Manusia Mahluk Individu

Batasan pengertian manusia sebagai makhluk individu terkait dengan pendekatan individu yang fokus pada aspek fisik dan psikologis, serta interaksi dengan individu lain dalam masyarakat. Berikut adalah contoh batasan pengertian manusia sebagai makhluk individu:
  1. Aspek Fisik dan Psikis : Manusia sebagai makhluk individu memiliki aspek fisik dan psikis yang berbeda-beda. Fisik mencakup kesan genetik, pendidikan, dan kehidupan yang berlangsung. Psikis, ketentuan kepribadian, dan kemampuan yang berbeda. Misalnya, seorang individu dapat memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan individu lainnya, tetapi individu tersebut juga dapat memiliki kemampuan pikiran yang lebih rendah.
  2. Interaksi dengan Individu Lain : Manusia sebagai makhluk individu memiliki interaksi dengan individu lain dalam masyarakat. Interaksi ini berpengaruh pada perilaku, keputusan, dan hubungan individu dengan individu lain. Misalnya, seorang individu yang memiliki kemampuan pikiran yang lebih tinggi dapat membantu individu lain dalam mengambil keputusan yang baik.
Contoh batasan pengertian manusia sebagai makhluk individu dapat dilihat pada contoh berikut:
  • Masa Vital : Manusia sebagai makhluk individu memiliki masa vital yang berlaku sejak waktu lahir hingga kewujudan diri. Masa penting ini mempengaruhi fisiologis, pengembangan, dan kesehatan individu.
  • Masa Estetik : Manusia sebagai makhluk individu memiliki masa estetika yang berlaku dari usia 2 hingga 7 tahun. Masa estetika ini berpengaruh pada perilaku, kemampuan, dan kepribadian individu.
  • Masa Intelektual : Manusia sebagai makhluk individu memiliki masa intelektual yang berlaku dari usia 7 hingga 14 tahun. Masa intelektual ini berpengaruh pada perkembangan otak, kemampuan pikiran, dan kepribadian individu.
  • Masa Sosial : Manusia sebagai makhluk individu memiliki masa sosial yang berlaku dari usia 14 hingga 21 tahun. Masa sosial ini berpengaruh pada interaksi individu dengan individu lain, perilaku, dan keputusan individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki batasan yang berbeda dari makhluk lain, seperti jin dan malaikat. Contohnya, manusia memiliki kebutuhan makan dan minum, sedangkan jin dan malaikat tidak memiliki kebutuhan makan dan minum. Manusia juga memiliki kemampuan pikiran yang lebih tinggi dibandingkan jin dan malaikat, serta interaksi dengan individu lain dalam masyarakat.
 
Manusia memang unik. Dalam Dinul Islam, bersama keunikan-keunikan tadi Allah melengkapi manusia dengan perangkat keperluan hidup agar manusia dapat berkembang sejalan dengan fungsi kekhalifahannya. 
 
4.7 Konsep Dosa (Individu) dalam Islam
Sebagai mahluk individu, sejak awal kelahirannya manusia terlepas dari ikatan dosa siapapun. Seorang bayi yang lahir, walaupun lahir dari seorang ibu yang tidak memiliki ikatan suami-istri yang syah, bayi tersebut tetap berada dalam kondisi yang fitrah, suci. Tidak dikenal istilah anak “haram-jadah”. Yang “haram-jadah” adalah orang tua. Tidak ada bayi yang mewarisi dosa ibu-bapaknya. Karena manusia dilahirkan sebagai mahluk individu maka urusan dosa pun adalah urusan dosa individu. Masing-masing manusia harus mempertanggungjawabkan hasil perbuatan masing-masing di hadapan Allah Swt. Syafa'at hanyalah ridla Allah. Jika Allah tidak menghendaki, siapapun tak akan bisa melampaui kemahakuasaan Allah yang mutlak. Ketika seseorang terkait dengan dosa orang lain, kondisi itu sudah pasti adalah ketika orang tersebut harus mempertanggungjawabkan hasil perbuatannya yang dampaknya juga kena kepada orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia harus mempertanggungjawabkan hasil usahanya
masing-masing.
 

 

(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (QS An-Najm, 53: 38)

Setiap manusia adalah individu yang harus mempertanggungjawabkan seluruh hasilnperbuatannya. Pada dasarnya, setiap individu adalah penanggung jawab hasil perilakunya. Tetapi, karena manusia adalah mahluk sosial, manusia bisa berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Ketika terjadi interaksi tersebut, saling mempengaruhi- memperngaruhi perilaku menjadi hal yang biasa. Pada saat itulah seseorang terkait dengan orang lain. Seseorang bisa terkait dengan perilaku orang lain: sebagai penyebab
maupun pengikut. Apakah seseorang itu menjadi pemberi pengaruh, yang mengajak, yang memfasilitasi, ataupun sekedar menunjukkan jalan ke arah perilaku tertentu, maka orang tadi pastilah adala hubungannya dengan orang yang pernah berinteraksi dengannya. Memaruhi orang lain, baik maupun buruk, adalah bentuk amalan yang akan dihitung sebagai amalan pribadi. Pengaruh amalan tersebut, terkait dengan orang lain, sama seperti pada bentuk atau jenis amalan lainnya, misal shadaqah-jariyah, tetap akan meninggalkan dampak yang pada akhirnya mencakup perhitungan amal. Oleh karena itu, Allah swt menetapkan satu kondisi khusus yang akan dikaitkan dengan hasil perilaku pribadi tetapi berhubungan dengan keberadaan orang lain.

Dosa individu dalam pengertian Dinul Islam adalah kekurangan atau kesalahan yang mengganggu hubungan individu dengan Allah, orang lain, dan alam sekitarnya. Dosa ini dapat berupa pikiran, perilaku, atau kebakaran yang tidak sesuai dengan ajaran dan syariat Dinul Islam. Berikut adalah contoh dosa individu dalam pengertian Dinul Islam:
  1. Kufur : Kufur adalah kekurangan yang berhubungan dengan kekurangan percaya atau kekurangan beriman. Contohnya, tidak beriman, tidak melakukan shalat, atau tidak menaikkan iman.
  2. Fasad : Fasad adalah kekurangan yang berhubungan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak bertindak sesuai syariat Dinul Islam, tidak bertingkatkan akhlak, atau tidak bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
  3. Kufrul Qulub : Kufrul Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  4. Maksiat : Maksiat adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  5. Maksiatul Qulub : Maksiatul Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  6. Khilaf : Khilaf adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  7. Khilaful Qulub : Khilaful Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  8. Maksiatul Qulub : Maksiatul Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  9. Khilaful Qulub : Khilaful Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  10. Khilaful Qulub : Khilaful Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  11. Maksiatul Qulub : Maksiatul Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  12. Khilaful Qulub : Khilaful Qulub adalah kekurangan yang berhubungan dengan kepribadian yang tidak sesuai dengan ajaran Dinul Islam. Contohnya, tidak membangun hubungan yang baik dengan orang lain, tidak membantu orang lain, atau tidak membangun hubungan yang baik dengan Allah.
  13. Khill

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R. Hill, 1993, Teknologi dalam Sejarah Islam; Arsyad M. Natsir, 1989, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah; dan SI Poeradisastra, 1981

 https://almanhaj.or.id/15047-dunia-ini-adalah-tempat-cobaan-dan-ujian1.html

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/air-dalam-perspektif-al-qur-an-dan-sains-bagian-1

https://www.radiorodja.com/52377-khutbah-jumat-nikmat-akal/

https://fis.uii.ac.id/blog/2010/04/23/manusia-makhluk-paling-ampuh/

 http://www.dw.com/id/invasi-spesies-asing/g-16628333

http://www.kompasiana.com/baskoro_endrawan/alligator-gar-di-waduk-jatiluhur-
campur-tangan-manusia-atas-keseimbangan-alam_552b2def17e617e79d6240a
iQuran V 2.5.4 for Android
Mansoer, Hamdan. et.al. 2004. Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam,
Departemen Agama RI
Rasyid, H. Sulaiman. 2000. Fiqh Islam. Cetakan ke-33. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Suryana, Jajang. 1997. “Isalamisasi Praktisi Sains dan Teknologi”. Makalah dalam
Kajian Studi Islam Pengajian Muslimah Mahasiswi STKIP Singaraja
Suryana, Jajang. 2004. Kajian Pemikiran Sederhana tentang Islam. Kumpulan tulisan.
Singaraja
Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum. Singaraja: Tespong
Suryana, Jajang. 2010. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi
Umum V.2.0. Singaraja: Tespong
Taufiq, Mohamad. 2013. Addins Quran in Ms Word V 2.2.0.0. https://www.facebook.com 
/QuranInMsWord


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UAS AGAMA ISLAM ROMBEL 44