Jumat, 14 Juni 2024

BAB VIII MANUSIA MAHLUK BUDAYA

 8.1 Telah Terjadi Kerusakan di Darat dan di Laut Karena Ulah Manusia.

Manusia sangat bergantung terhadap lingkungan. Lingkungan hidup merupakan suatu kesatuan yang meliputi berbagaimakhluk hidup beserta komponen yang ada di sekitarnya seperti hewan, tumbuhan, dsb.

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai peranan penting dalam mengelola lingkungan hidup, apabila terjadi kerusakan lingkungan hidup maka akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan manusia itu sendiri. Kerusakan lingkungan hidup dapat terjadi di darat, udara, maupun udara. Faktor penyebabnya yaitu bisa dari faktor alam dan juga faktor manusia itu sendiri.

Sejak awal tahun, bencana melanda beberapa wilayah di Indonesia. Faktor penyebabnya yaitu bisa dari faktor alam dan juga faktor manusia itu sendiri. Dampak dari kerusakan alam sangat merugikan manusia, baik segi ekonomi maupun sosial bahkan dapat menyebabkan korban jiwa.

Allah telah mengungkap masalah hasil perilaku manusia yang membawa dampak baik  maupun buruk di muka bumi. Begitu banyak tanda keberhasilan manusia masa lalu  yang telah “dipajang” dalan etalase Dunia yang memungkinkan menjadi bahan  pembelajaran bagi manusia-manusia setelahnya. Allah swt selalu menantang manusia  untuk melakukan perjalanan (bisa juga berwisata, lebih jauh wisata tadabbur alam)  terutama mempelajari kejadian-kejadian yang terkait dengan peristiwa masa lalu yang  diterjemahkan dalam isi ayat-ayat Al-Quran. Ada 5 ayat Al-Quran yang berisi perintah siiruu (berjalanlah), dengan penekanan pada sisi pemeriksaan. Pemeriksaan  maksudnya ada yang bertalian dengan pemeriksaan bagaiman akibat yang pernah masyarakat masa lalu setelah mereka tidak diterima mengikuti perintah Allah swt; ada juga yang berisi perintah memperhatikan bagaimana suatu proses penciptaan yang dilakukan oleh Allah swt dan kejadiannya hingga kini masih terus berlanjut.

Khusus tentang 5 ayat yang berisi perintah berjalan-jalan sambil melakukan penelitian,  semuanya dikaitkan dengan sejarah wisata. Allah swt memerintahkan manusia untuk memeriksa apa yang pernah dialami dan dialami oleh masyarakat masa lalu, lebih khusus berkaitan dengan bukti-bukti akibat pembangkangan. Azab Allah swt ditimpakan kepada masyarakat masa lalu yang tidak mau mengikuti aturan Allah swt, bahkan menantang kepastian Allah swt karena kesombongan mereka. Kesombongan berkaitan dengan pencapaian kemampuan dalam membangun budaya fisik berteknologi tinggi, seperti tampak dalam bangunan piramida, rumah-rumah batu, istana, bekas kapal, ataupun tinggalan-tinggalan fisik lain yang menjadi bahan pembelajaran pada masa yang jauh setelahnya. Sejumlah kejadian hebat sengaja disisakan bukti-bukti kejadiannya oleh Allah swt langsung utuh secara fisik ataupun hasil spesifik, seperti keberadaan mumi Firaun.

Cerita tentang jejak kehidupan manusia masa lalu (jejak budaya), juga masa kini, yang  sengaja dipertontonkan oleh Allah swt, apalalgi dibantu dengan menggunakan aneka perlengkapan teknologi masa kini (hasil olah ilmu Allah swt), menggambarkan betapa Allah swt sangat mudah mengingat, mengingat, mengingat semua kejadian secara audio-visual dalam hitungan milidetik. Ketika sebuah rekaman video tentang pecahnya sebuah benda yang dikumpulkan geraknya dalam frame-frame film, itulah peristiwa di alam yang ada dalam kekuasaan Allah swt. Jika kita ingin melihat gambaran peristiwa bagaimana Allah swt mengembalikan kondisi sesuatu, baliklah putaran frame-frame film tentang benda pecah tersebut menjadi putaran film dengan laju-mundur. Seperti gambaran kemudahan bagi Allah swt dalam mencatat peristiwa dan mengembalikan sesuatu.

Artefak budaya fisik yang digunakan oleh Allah  swt untuk menunjukkan kisah kesejarahan manusia-manusia masa lalu , Kaum Luth, Kaum 'Aad, Kaum pendukung Firaun, dan banyak lagi, telah menjadi salah satu bukti sejarah yang bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran sekaligus peringatan. Tentang kerusakan yang diungkapkan di dalam surat Ar-Ruum, 30:41, kini semakin mudah terdeteksi, terlihat, bahkan teralami langsung. Entahlah terjadi sejak dahulu kala atau hanya terjadi pada masa kini saja, ketika di belahan dunia lain ada berita banjir, tanah longsor, angin puting beliung, berita semacam banyak bermunculan juga dari kejadian-kejadiandi tempat lainnya.

Surah Ar Rum berisikan berbagai peristiwa yang salah satunya tentang terjadinya kerusakan di muka bumi. Allah SWT menyebut istilah kerusakan dalam surah Ar Rum ayat 41.




Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Menurut Tafsir Tahlili Qur'an Kementerian Agama RI, kerusakan dalam surah Ar Rum ayat 41 diistilahkan dengan al-fasad. Dijelaskannya, al-fasad adalah segala bentuk pelanggaran atas sistem atau hukum Allah SWT yang diterjemahkan dengan "perusakan".

Maksud perusakan ini bisa berupa pencemaran alam yang mengakibatkan bumi tidak layak huni atau bahkan mengungkap alam sehingga tidak lagi bisa dimanfaatkan. Hancurnya flora dan fauna di daratan dan rusaknya biota di lautan merupakan contoh dari lautan alam.  Tindakan kriminal seperti mencakupan, pembunuhan, pemberontakan, dan sebagainya juga termasuk al-fasad.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam kitab Tafsir-nya, maksud firman Allah SWT "telah tampak kerusakan" (Ar Rum: 41) terputusnya hujan yang tidak membasahi bumi dan akhirnya menimbulkan paceklik, sedangkan maksud al-bahr adalah hewan-hewan bumi. Ibnu Katsir menyandarkan hal ini pada riwayat Ibnu Abi Hatim.

Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Ikrimah, al-bahr yang disebutkan dalam surah Ar Rum ayat 41 ini artinya negeri-negeri dan kota-kota yang terletak di tepi sungai. Ada juga yang mengartikan al-barr sebagai daratan dan al-bahr sebagai lautan.

Lebih lanjut Ibnu Katsir menafsirkan, kerusakan yang meliputi berkurangnya hasil tanaman dan buah-buahan disebabkan karena ulah penghuninya. Mengutip kata Abul Aliyah, orang yang berbuat durhaka kepada Allah SWT di bumi berarti ia telah melakukan kerusakan di bumi. Sebab, menurut pendapat ini, kelestarian bumi dan langit akan terpelihara berkat ketaatan.

Pada akhir surah Ar Rum ayat 41, Allah SWT menguji orang-orang yang melakukan kerusakan dengan mengurangi harta dan jiwa serta hasil buah-buahan sebagai suatu kehendak membuat mereka sekaligus membalas atas perbuatan mereka. Kata Ibnu Katsir, hal ini dilakukan agar mereka tidak lagi melakukan perbuatan maksiat dan kembali ke jalan yang benar, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT lainnya,



Artinya: “Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS Al-A'raf : 168)

Masih banyak kerusakan lainnya yang telah menurunkan kualitas Bumi. Manusia  juga belum memiliki perilaku merusak daratan, lautan, dan kini udara. Sampai kapan? Apakah mereka (kita!) merasa cukup hidup untuk masa kini dan tidak perlu berpikir tentang masa hidup yang akan dilalui anak dan cucu?

8.2 Bukti-bukti Ilmiah tentang Kemahakuasaan Allah swt

Tanpa disadari manusia, banyak sekali bukti kebesaran Allah SWT di alam semesta.  Seperti tergambar dalam surat Ar-Rum ayat 20-27.  Ayat di surat tersebut berkali-kali menyebut tanda yang menunjuk pada sesuatu yang menjadi bukti kehadiran dan kebesaran-Nya dalam setiap bentuk kehidupan di langit dan bumi.

Satu demi satu bukti ilmiah tentang ketetapan Allah swt terungkap. Banyak peneliti  yang merasa penasaran dengan apa yang telah diungkapkan oleh Allah swt di dalamAlquran. Mengapa Allah swt memerintahkan orang muslim melaksanakan shalat wajib lima waktu dalam semalam, mengapa orang muslim harus shaum, zakat, maupun ibadah haji? Dibalik semua perintah dan pola kegiatan yang harus dilakukan oleh manusia muslim, ternyata begitu banyak bukti ilmiah yang bisa diungkap.

Perintah Salat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh tiap-tiap manusia yang sudah berikrar tunduk kepada Allah Swt. Dalam Al-Qur'an disebut:



Artinya: Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā.75) Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk. (Al-Baqarah [2]:238).

Al-Qur'an tidak dikumpulkan dalam satu ayat perintah salat lima waktu dengan tujuan: (1) agar kita mengingat salat kapan saja saat kita membaca Al-Qur'an. Sebab, perintah salat hampir ada dalam potongan-potongan ayat dan surat Al-Qur'an. (2) agar kita dapat merasakan nikmatnya salat lima waktu dan ke-khusyu'annya dengan cara terus-menurus mengerjakannya, seperti halnya Allah Swt tak sesekali menjelaskan perintah salat dalam ayat Al-Qur'an.

Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan pelaksanaan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.[1] Hal ini menunjukkan betapa mendesak dan tingginya kedudukannya dalam Islam. Kemudian penyebutan kata shalat dalam banyak ayat di al-Qur`ân terkadang disandingkan dengan iman dan terkadang dengan zakat. Terkadang ketiga-tiganya disandingkan dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman yang merupakan perbuatan hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang merupakan amal perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran iman. Amal amal pertama yang diwajibkan dari seorang mukmin adalah shalat yang merupakan ibadah badaniyah (ibadah dengan gerakan badan) kemudian zakat yang merupakan ibadah harta. Oleh karena itu, setelah ajakan kepada iman didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-rukun Islam lainnya.


penciptaan langit dan bumi, memandang langit yang luas terbentang, dekorasi gemerlapnya bintang-bintang, seakan membawa kita pada dimensi lain, dimensi keagungan dan ketakjuban. Alam semesta dengan segala kerumitan dan keindahannya, menjadi bukti nyata akan kebesaran Allah SWT, Sang Pencipta yang Maha Kuasa.

Dalam Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 29, Allah SWT dengan penuh kebesaran menciptakan bumi dan langit. Allah juga Maha Mengetahui segala sesuatu.



Artinya: Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumimu, kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit.12) Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat ini menjadi pengingat bagi kita tentang keagungan Allah SWT dalam menciptakan alam semesta. Penciptaan bumi dan tujuh langit tidak terjadi secara sia-sia, melainkan dengan penuh perencanaan dan ketelitian yang luar biasa.

Setiap detail di alam semesta memiliki fungsinya masing-masing, saling terhubung dan menunjang kehidupan di bumi. Bumi, tempat tinggal kita, dipersiapkan dengan sempurna untuk menampung berbagai makhluk hidup.

Sebagai umat Islam, kita diwajibkan untuk memikirkan ayat ini dan mengambil pelajaran darinya. Kita harus selalu bersyukur atas segala karunia Allah SWT dan meningkatkan keimanan kita kepada-Nya.

Dengan memahami kebesaran Allah SWT dalam penciptaan alam semesta, kita dapat semakin memperkuat hubungan kita dengan-Nya dan menjalani hidup dengan penuh makna.

Bukan tanpa alasan bahwa Allah SWT menciptakan bumi dan langit seperti dalam Surat Al Baqarah ayat 29. Dia menciptakan bumi dan langit sebagai bukti kepada manusia atas kebesaran-Nya. Sehingga manusia diperintahkan untuk menyembah hanya kepada Allah SWT Sang Pemilik dan Pencipta bumi, langit, dan seluruh alam semesta.

8.3 Manusia dan Teknologi

Topik pembahasan di zaman modern ini adalah hubungan manusia dengan teknologi yang seolah-olah tidak bisa dipisahkan dari segala bentuk kegiatan. Sehingga pada saat ini, bisa disebut teknologi menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi bagi setiap orang.
 
Fungsi teknologi itu sendiri adalah untuk mempermudah manusia dalam mengerjakan segala kegiatan, kebutuhan serta kepentingannya. Misalnya dalam berkomunikasi, seolah-olah jarak manusia di penjuru dunia itu dekat. Padahal pada zaman dahulu, saat semuanya masih sangat sederhana, hal seperti ini mungkin tidak bisa dirasakan. Karena pada zaman dahulu, ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.

Semua ini sebenarnya berawal dari kebutuhan manusia yang bermacam-macam. Serta keinginan dan rasa yang tidak pernah terpuaskan akan sesuatu seperti ini dan yang lebih dari ini dan itu. Sehingga menjadi salah satu alasan manusia untuk menciptakan teknologi-teknologi baru. Yang dapat menjadikan segala keperluan dan kebutuhan menjadi serba cepat, mudah dan praktis.

Bisa dikatakan hubungan manusia dengan teknologi, seperti halnya simbiosis parasitisme. Tergantung manusia itu sendiri, menjadi pihak yang menguasai, agar menuntut dirinya untuk belajar dan memanfaatkan teknologi dengan bijak sehingga dapat memperoleh nilai positifnya.

Batasan pengertian bahwa teknologi adalah perpanjangan tangan manusia mengacu pada konsep bahwa teknologi dirancang untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas manusia. Pada bagian ini, teknologi berfungsi sebagai alat bantu yang memungkinkan manusia untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya sulit atau tidak mungkin dilakukan dengan kekuatan atau keterampilan alami mereka sendiri. 

Dengan memahami batasan-batasan ini, kita dapat lebih bijak dalam mengembangkan dan menggunakan teknologi untuk memperluas kemampuan manusia tanpa mengabaikan nilai-nilai dan kebutuhan dasar manusia.

8.4 Manusia dan Media

Pada era digital saat ini, akses internet sangat mudah kita dapatkan. Hanya bermodal sebuah telepon pintar, dunia serasa berada dalam genggaman. Kita dapat mengakses media sosial kapan pun dan di mana pun berada.

Sebuah perusahaan riset dan pemasaran yang berasal dari Singapura, We Are Social, menyatakan bahwa sejak Januari 2014 pengguna internet aktif di Indonesia mencapai 72,7 juta orang, dan hampir sebanyak 98% memiliki akun media sosial. Hal ini membuktikan bahwa dunia maya telah memiliki tempat khusus dalam keseharian kita.

Mengapa seseorang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui media sosial? Bahkan orang-orang yang bersifat pendiam di dunia nyata bisa menjadi pribadi yang bertolak belakang di media sosial. Hal ini disinyalir karena sifat online dari dunia maya yang tidak mengharuskan penggunanya bertatap muka, sehingga pengguna media sosial lebih berani untuk berbicara atau berkomentar. Karena keleluasaan yang ditawarkan, membuat pengguna media sosial sering mengabaikan etika komunikasi, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat berkembang ke arah katagori kejahatan.

Sama halnya dengan komunikasi di ranah publik dunia nyata, pada media sosial pun riskan menimbulkan konflik. Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE) dibuat untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan penyebaran informasi transaksi elektronik. UU ITE sebagai payung hukum bagi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam berbicara di dunia maya.

Kata-kata yang dituliskan lewat jemari kita, sesungguhnya merupakan cerminan dari kepribadian kita. Jangan sampai status atau komentar yang kita unggah di media sosial justru menebarkan kebencian, menyinggung orang lain, bahkan menjerat kita ke dalam kasus hukum.

Masih banyak tokoh masyarakat yang secara kurang sadar mudah terbawa arus
keburukan berita-berita media. Mereka membuat komentar yang bahkan beredar
menjadikan suasana kehidupan sosial menjadi panas. Padahal, seharusnya para
pemimpin cukup memberi teladan yang baik kepada bawahan yang pimpin mereka,
tanpa perlu 'gatal' dengan pemberitaan murahan yang “nyampah”. Sikap kedewasaan
dan cara berpikirnya belum merata dimiliki oleh masyarakat. Masih banyak masyarakat yang
mudah larut di dalam libatan suasana yang sengaja dirancang untuk mengeruhkan
suasana lingkungan. Media sosial sangat rentan dengan banyak isu yang diburu,
karena sangat efektif jika digunakan untuk menyebarkan informasi apapun dalam kondisi masa kini. Penyebaran berita kebencian seperti yang dilakukan media
Saracennews.com, seperti yang sedang diusut dan dipermasalahkan akhir-akhir ini,
lebih banyak berhubungan dengan layanan instan, budaya instan, para pelayan
informasi, para pengguna informasi, dan para pembutuh informasi instan. Rata-rata
msyarakat kurang pedui dengan beban tanggung jawab di balik perbuatan lapangan
sesuatu informasi yang bisa mengundang bahaya. Mereka hanya tinggal menggunakan
kemudahan sistem copy-paste dan modif terhadap isi berita. Rancangan Undang-
undang KUHP terkait tindak pidana kejahatan dan percetakan, juga tentang
penggunaan media cyber telah diupayakan oleh pemerintah. Banyak cara untuk
mengurangi keburukan pengelola media dan penggunaan media yang diupayakan
untuk mendapatkan hal-hal yang lebih baik.

Sisi baik media sosial, bisa juga digunakan sebagai saran penyampaian materi
pembelajaran bagi guru dan dosen. Banyak dosen/guru yang telah terhubung dengan
siswa melalui salah satu layanan media sosial. Notebook/laptop, tablet, maupun
smartphome masa kini, kini bukan sesuatu yang sulit didapat, bahkan hampir semua
orang telah memiliki salah satu dari tig jenis gawai tadi. Banyak peserta didik yang
telah mahir menggunakan gawai-gawai maksudnya untuk berbagai keperluan,
terutama untuk keperluan menikmati hiburan dan berkomunikasi menggunakan
aplikasi Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, dan sejenisnya. Media komunikasi
tadi bisa juga dimanfaatkan sebagai wahana penyampaian materi pembelajaran dan
menghimpun proses pembelajaran di luar kelas. Tak ada jarak yang terlalu jauh untuk itu
melakukan aneka kegiatan komunikasi.



DAFTAR PUSTAKA 

https://www.tokopedia.com/s/quran/ar-rum/ayat-41?utm_source=google&utm_medium=organic

https://kemenag.go.id/opini/salat-lima-waktu-dalam-al-qur039annbsp-11zili

https://baznasgresik.com/zakat-dalam-islam-kedudukan-dan-tujuan-syarinya/

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7348041/surah-al-baqarah-ayat-29-bukti-kebesaran-allah-dalam-ciptakan-langit-dan-bumi

https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/879-bijak-memanfaatkan-media-sosial


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

UAS AGAMA ISLAM ROMBEL 44